Generasi Rabbani

*[ RESUME KAJIAN AHAD PAGI ]*

📚 Generasi Rabbani88c87dd756e31d310846116b9fb4d2b1
Berjiwa Ksatria Berakhlaq Mulia
🎙 Ustadz Khotibi

Generasi adalah Penerus. Rabbani adalah pembimbing, pengarah, penunjuk. Generasi Rabbani adalah penerus yang membawa manhaj Allah SWT dan berkarakter khusus. Sebutan Rabbani hanya diberikan kepada pihak atau orang tertentu saja.

Berjiwa Ksatria artinya berani, berani menyampaikan kebenaran agama Allah pada siapapun. Berakhlaq Mulia artinya menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik dan benar.

Generasi rabbani berjiwa ksatria dan berakhlaq mulia adalah penerus yang selalu membimbing umat manusia pada Allah SWT, yang berani menyampaikan kebenaran kepada siapa saja, dengan penyampaian yang baik dan benar.

Dalil untuk menjadi generasi Rabbani adalah
Q.S Ali Imran : 79. Islam butuh generasi Rabbani, karena tanpa generasi Rabbani, Islam tidak akan sampai pada umat manusia yang lain, tidak akan berkembang. Generasi Rasulullah beserta sahabat merupakan generasi Rabbani, yang karena beliaulah kita dapat mengenal Islam.

_■ Generasi Rabbani yang sesungguhnya memiliki 5 hal, yaitu :_
1) Berilmu dan berwawasan luas
2) Mampu mendiagnosa permasalahan, mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi
3) Memiliki pengetahuan tentang politik
4) Cakap berorganisasi
5) Mampu menerapkan hal yang telah disebutkan tadi dalam kehidupannya.
Jadi generasi Rabbani harus berilmu, mengamalkan ilmunya, dan mendakwahkan ilmunya pada orang lain.

_■ Cara mempersiapkan Generasi Rabbani :_

1) Bagi yang belum menikah
Jadilah pribadi yang shalih dan shalihah terlebih dahulu. Jangan hanya sibuk mencari jodoh di instagram, facebook, dll. Allah akan kirimkan jodoh yang sekufu dengan kita. Jika sudah mantap dan yakin, segeralah menikah jangan berbuat dosa dengan pacaran.

2) Bagi yang telah menikah
Lanjutkan pernikahan dengan memiliki anak yang baik. Yang sudah memiliki anak, didik dengan cara baik dan benar, jadikan anak tersebut menjadi anak yang shalih dan menjadi generasi Rabbani dengan tuntunan Allah SWT.

_■ Sifat yang timbul dalam Generasi Rabbani :_

1) Sifat siqid
Ia akan jujur pada diri sendiri, Allah, dan orang lain

2) Sabar
Sabar adalah menahan sesuatu yang tidak kita sukai. Sabar itu berat dan pahit, tapi buahnya sangat manis melebihi madu

3) Cinta pada sesama
Maksudnya mencintai saudaranya sesama muslim. Cinta karena Allah dan benci karena Allah. Jika ada orang yang melakukan kebaikan karena Allah, maka ia mencintai orang itu. Jika ada orang yang bermaksiat pada Allah, maka ia membenci kemaksiatan itu

4) Mendahulukan orang lain
Misalnya saat naik angkutan umum, ia akan mendahulukan orang yang sudah tua, wanita hamil, dan perempuan

5) Suka memberi kebaikan
Memberi bisa dengan ucapan yang baik ataupun makanan/barang.

Maka, kita harus mempersiapkan generasi Rabbani mulai sekarang, jangan menunda-nunda. Dan kita akan melihat generasi seperti Al Fatih dan Salahuddin Al-Ayyubi dimana-mana.

🕌 Masjid Takwa Muhajirin
📅 Ahad, 29 September 2019
✍🏻 https://www.instagram.com/p/B2-wj2Clopq/?igshid=1l85f12tgmeah

Desember

Hai, Dinda.

Jika suatu hari kau membaca kembali tulisan ini maka ingatlah kau sudah berusaha. Berusaha untuk menghadapi apapun yang telah terlewati ditahun 2018 dengan baik. Baik ukuran diriku dengan orang lain berbeda ya, ingat. Kau sudah menghadapinya dengan sabar, syukur, berani, dan jujur pada hatimu. Sabar akan semua jalan yang Allah berikan kau hanya perlu berusaha dan setelahnya ikhlaskan semua hal karena Allah. Entah dalam mencari rezeki, teman hidup, bersosialisasi. Diriku, teruslah bersyukur hingga hampir seperempat abad dari usiamu, kau masih dikelilingi orang-orang yang mencintaimu, bapak ibu, mbak, keluarga, sahabat. Teruslah doakan mereka dalam sujud-sujudmu, sambunglah silaturahim ingat ya. Sampai 2018 ini terima kasih diriku, kau sudah berani untuk mengambil pilihan-pilihan dalam hidupmu sejauh ini. Kau memilih untuk mengabdikan sisa usiamu untuk berbakti kepada orang tua, tidak perlu kau memberikan orang lain penjelasan tentang hidupmu. Karena mereka hanya ingin tahu, sudahlah.

Perlahan namun pasti Allah akan mengabulkan harapan-harapanmu, insyaAllah. Jangan suka mengeluh, bersedih, memikirkan hal berlebihan. Ingat dunia ini bukan tujuanmu, melainkan surga Allah lah tujuanmu bukan? Terus tingkatkan ibadah, tinggalkan hal maksiat yang tidak bermanfaat, banyak-banyak belajar ilmu agama, buku, dan sekitarmu. Kau hanya perlu berjalan maju, tanpa terlalu lama menoleh ke belakang.

Oya, tahun depan 2019 mungkin kau akan melewati banyak hal yang berbeda. Jangan melamunkan terus, eternit kamar yang masih sama dari tahun ke tahun disetiap malam tahun baru haha. Semuanya terasa sebentar kan? Semua perjuangan dan penantianmu insyaAllah akan Allah beri jawaban yang manis. Ingatlah kebahagiaanmu bukan tanggungjawab orang lain melainkan hatimu, pandai-pandailah bersyukur. Bersiaplah, menghadapi kejutan yang akan kau hadapi didepan sana.

Bismillah, good luck!

Penjelaskan Ringkas tentang Salafi, Manhaj Salaf dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah?

By: Sofyan Chalid bin Idham Ruray

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Manhaj artinya menurut bahasa adalah metode, jalan, tata cara

  • Adapun arti Salaf menurut bahasa adalah yang telah berlalu dan telah mendahului. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan Salaf adalah generasi pertama umat Islam yaitu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat beliau radhiyallahu’anhum.

Maka yang dimaksud dengan manhaj Salaf adalah metode Salaf dalam beragama.

  • Pengikutnya di sebut Salafi, yaitu orang yang meneladani metode Salaf dalam beragama.Merekalah yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena selalu mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan bersatu di atas kebenaran serta tidak memberontak kepada Pemerintah Muslim. Selain Salafi atau Ahlus Sunnah wal Jama’ah maka disebut ahlul bid’ah wal furqoh, yaitu orang yang berbuat bid’ah dan berpecah dalam agama karena menyimpang dari jalan beragamanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat beliau radhiyallahu’anhum atau memberontak terhadap Pemerintah Muslim.

  • Salafi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah, pengikut sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat, merekalah golongan yang selamat.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى

“Dan akan berpecah umatku menjadi 73 kelompok, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku.” [HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu’anhuma, Shohihul Jami: 9474]

Diantara ciri khusus manhaj Salaf; Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang membedakan dengan kelompok-kelompok lain adalah:

1) Memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat, bukan pemahaman pribadi atau kelompok dan organisasi tertentu.

2) Mendahulukan dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah daripada akal, perasaan, mimpi, wangsit atau pendapat siapa pun.

3) Senantiasa menegakkan tauhid dan sunnah, menjauhi syirik dan bid’ah. Senantiasa berusaha untuk taat kepada Allah ta’ala dan tidak meremehkan dosa sekecil apa pun.

4) Menjaga ukhuwah dan persatuan di atas kebenaran, bukan di atas kesesatan. Dan saling menasihati dan mengingatkan bahaya kesesatan.

5) Memuliakan ulama dan taat kepada pemerintah muslim dalam perkara yang tidak bertentangan dengan hukum Allah, dan tidak memberontak kepada pemimpin muslim yang adil maupun zalim, tetapi menasihati secara sembunyi-sembunyi, tidak mengghibah dan menyebarkan aib-aib pemerintah muslim.

  • Semoga Allah ta’ala memberikan taufiq kepada kita semuanya untuk dapat meneladani metode Salaf dalam beragama hingga meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله

وصحبه وسلم

source: sofyanruray.info

Fitrah Seksualitas

By: Elly Risman Musa

Punya suami yang kasar? Kaku? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Tidak mesra dgn anak? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.

Punya suami yang “sangat tergantung” pada istrinya? Bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.

Kok sebegitunya?

Ya! karena figur ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna.

Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.

Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.

Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.

Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, figur ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.

Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 – 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.

Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan “saya perempuan” atau “saya lelaki”

Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.

Ketika usia 7 – 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, berkomunikasi secara terbuka, bermain dan bercengkrama akrab dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.

Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.

Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.

Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.

Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka

inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 – 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.

Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.

Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki yg tdk dewasa, atau suami yang kasar, egois dsbnya.

Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.

Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita. Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.

Salam Pendidikan Peradaban

#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

Kabar Baik

Siapa sih yang gak bahagia ketika mendengar dan mengetahui tentang kabar baik dari kerabat dan sahabat. Misal diterima snmptn, lolos tes ini itu, dapet kerjaan baik, sampai pada kabar sudah menemukan pasangan hidup as we know just being married. Dengan cerita dibaliknya bahwa Allah Ta’ala mempertemukan mereka dengan cara yang menakjubkan. Seneng kan ya? Pengin juga nyusul gak? Hehe

Yaa karena saat ini emang udah di fase ‘kamu akan menghadapi kayak gini din’. Maksudnya, cukup banyak undangan, banyak kabar baik yang menghampiri. And i’m happy to hear that, literally.

Tidak sampai disitu. Kadang kabar baik itu datang dari orangnya langsung, kawan atau baru tau dari postingan di sosial media mereka. Tapi pernah gak sih sepintas kepikiran temen kita yang belum dipertemukan jodohnya dan sedang menjaga dalam penantiannya itu merasa ‘gimana-gimana’ dengan kabar baik tsb? Kalau dari pribadi sih berpikir, ya emang niatnya mereka baik kali ya biar kawan-kawan lainnya tau. Tapi kalau sampai posting berkali-kali about their wedding itu…

Mengagumkan?

Menyebalkan?

Membosankan?

Atau

Melelahkan?

Kalau opini pribadi sih, ya suka-suka mereka toh itu akun mereka hak mereka gak suka ya jangan dilihat. Lah kita kan follo-folloan mbak, menurut ngana?~

Ya pada akhirnya terserah, mau melarang juga bukan hak. Yaudalayaa

Jadi mengendalikan hati sendiri adalah solusinya. Saling memahami adalah koentji.

Anggap saja mereka sedang sangat berbahagia and wanna shared it.

But in the part of this world, banyak perempuan banyak saudara seiman yang sedang menjaga dan memperjuangkan diri mereka dalam menjaga ketaatan kepada Allah.

Semoga nanti, buat kita yang belum melewati fase itu, ketika mengalami dan menjalaninya bisa lebih bijaksana, bisa lebih menjaga untuk menjaga hati orang lain juga. Dan tak lupa juga saling mendoakan.

Sepakat?

Ehe, tulisan ini lahir dari kengalamunan belaka.

Sekian, dan terima nasi padang ayam bakar.

Apakah kau peduli?

ketika tidak seorangpun mau mendengarkan apa yang tidak sanggup disampaikan?

ketika diri terkadang lelah menghadapi cepatnya rotasi bumi?

ketika lampu kota jengah mendengar deru mesin dan kepulan kepalsuan?

ketika sunyi datang dipelukan sang rembulan bersama detak jarum jam?

ketika bait sudah tak lagi menjadi makna hanya tulisan tanpa alasan?

jika iya,

tetaplah disana tanpa prasangka

tetaplah disana dengan rapalan doa

jika tidak,

beranjaklah

ia akan berusaha melapang bersama dengan Yang Maha Penyayang

semua akan membaik meski pelik disenja yang masih terik

Liefs, d.

20.52

Perempuan

Perempuan yang kurang cantik, tapi agamanya baik, maka ia akan nampak manis.

Perempuan yang tidak kaya, tapi karena agamanya baik, maka ia akan nampak ridha.

Perempuan yang dipandang tidak punya derajat, tapi karena agamanya baik, maka ia akan nampak seorang yang rendah hati.

Perempuan yang tidak pandai, tapi karena agamanya baik, maka ia akan nampak seorang yang berilmu.

Teruntuk para perempuan, siapapun kamu saat ini. Semoga engkau adalah perempuan yang memahami hakikat manisnya iman itu seperti apa..

– Ibn Syams

Gemerlap Kota

Sebelum waktu dengan cepat berlalu

Sebelum hujan datang diakhir kemarau

Sebelum mentari terbit dari lelapnya malam

Aku mencoba menyusuri kota,

Melihat begitu riang orang-orangnya

Menerka isi kepala mereka

Tawa, bahagia, dan nestapa

Diakhir cerita

Disisi kota,

Susah, payah dan menolak lelah

Menyungging asa diujung masa

Ah rasanya kota..

Akan terus mengalir dengan sisi baik dan kelamnya

Tak gigih maka terbawa arus

Hidup pelan-pelan meninggalkan semoga tetap memberi kesan,

Untuk tiap pilihan

Untuk tiap jalan

Dalam kebaikan

Semarang, 5 September 2018 20:21

Rantai Kebaikan

Hari ini, menyenangkan sekali. Setelah ketemu orang yang agak nyebelin, ketemu sama orang baik. Jadi ceritanya, lagi ngantri di bank. Pas itu dapet antrian 170 terus ibu-ibu disebelah setelah selesai transaksi ngasih nomor antrian ke aku, 160. Wah langsung berterimakasih sama ibu itu. Sampai akhirnya udah selesai. Nomor antrian punyaku tak kasih di bu-ibu sebelah yg bawa anak kecil, lihat nomor antriannya 184 lumayan kalau kasih nomor antrianku yg gak kepake bisa maju agak banyak. Ibunya langsung bilang alhamdulillah, terima kasih ya mbak.

Seneng deh hari ini, kayak hal-hal kecil yang Allah kasih melalui orang-orang ga dikenal bisa buat kita bersyukur. Semoga dengan begitu kita bisa mengambil pelajaran bahwa berbuat baik bisa dengan siapa saja dan kapan saja. ❤

Hujan dan Kita

Ada saatnya nanti..

Kita duduk bersama menikmati rintik hujan bersama,

Di halaman teras rumah kita.

Tak lupa 2 gelas teh menemani.

Bercerita, bercanda, berdiskusi, dan berangan bersama..

Hingga hujan bosan mendengar celoteh kita..

2017